Proses pengawetan kayu sangat penting untuk memfungsikan kayu dengan maksimal. Penggunaan kayu juga akan lebih efektif dan mengurangi penebangan yang terlalu sering.
Tujuan dari persiapan kayu sebelum proses pengawetan adalah agar lebih banyak atau lebih mudah bahan pengawet atau larutannya meresap ke dalam kayu. Persiapan kayu sebelum diawetkan dapat satu atau lebih dari proses seperti pengupasan kayu, untuk kayu bulat. Lalu pengeringan kayu, untuk kayu gergajian.
Untuk kayu basah yang akan segera diawetkan dan untuk menunggu pengeringan akan terlalu lama dapat dilakukan pengukusan disertai penghampaan selama satu atau dua hari. Apabila kayu diawetkan sebelum selesai pengerjaan akhir proses pengawetan kayu jadi tidak efektif, maka ada tiga kerugian yang diperoleh.
Pertama, boros penggunaan bahan pengawet. Kedua, akan ada limbah sesudah kayu diawetkan karena kayu kemudian dipotong, dibelah atau dibor, dipasah dan sebagainya, limbah tersebut mengandung bahan pengawet dan dapat membahayakan lingkungan. Ketiga, karena dipotong akan terbuka bagian tengah kayu yang mungkin tidak teresapi bahan pengawet.
Proses Pengawetan Tanpa Tekanan
Proses pengawetan dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu proses pengawetan tanpa tekanan dan dengan tekanan. Proses tanpa tekanan lebih murah tetapi jumlah bahan pengawet yang meresap lebih sedikit dan waktunya lebih lama.
Pengawetan permukaan, meliputi pelaburan (untuk jumlah kayu yang sedikit), penyemprotan (untuk kayu bulat misalnya, pada bagian Ujung dan pangkalnya) dan pencelupan (untuk kayu ger-gajian yang banyak, baik dengan sistim rantai berjalan masuk ke dalam kolam berisi larutan bahan pengawet, ataupun dengan sistim tumpukan yang diangkat dengan ke-ran dan dicelupkan ke dalam bak larutan). Tujuan utama pengawetan permukaan untuk mencegah serangan jamur permukaan pada kayu-kayu tertentu seperti tusam, sengon dan ramin yang masih basah atau segar.
Proses pengawetan kayu tanpa tekanan biasanya dilakukan dengan cara perendaman, proses difusi, pelaburan pada kayu bulat, pengarangan dan penyemprotan, dan yang terakhir metode seluhung pasir yang diberi bahan pengawet.
Proses Pengawetan Kayu Dengan Perendaman
Perendaman, dibedakan perendaman dingin, yaitu peredaman pada suhu kamar dan perendaman panas-dingin yaitu perendaman di dalam larutan panas 70 C selama minimal 6 jam diteruskan perendaman pada suhu kamar selama satu hari. Pada proses ini kayu harus sudah kering udara. Kayu ditumpuk dengan menggunakan tongka ttongkat antara seperti penumpukan pada pengeringan. Tumpukan harus diberi pemberat agar tidak mengapung di dalam larutan. Pada perendaman, peresapan yang paling banyak terjadi pada 3 hari yang pertama dan khususnya dalam 24 jam yang pertama, sesudah itu peresapan berlangsung sangat lambat dan akhirnya berhenti.
Pada perendaman panas-dingin, pada saat perendaman panas, udara di dalam rongga sel kayu di lapisan luar menjadi panas, mengembang dan sebagian keluar meninggalkan kayu. Pada saat perendaman dingin, udara di dalam rongga sel kayu menjadi dingin dan karena massanya sudah berkurang, tekanannya menjadi kurang dari satu atmosfir. Akibatnya udara luar menekan larutan masuk ke dalam kayu. Apabila dikerjakan dengan baik, maka dengan waktu yang lebih singkat, jumlah bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu sama dengan jumlah bahan pengawet yang masuk pada proses rendaman dingin.
Proses Difusi. Proses ini dilakukan pada kayu yang masih basah atau segar.
Pelaburan Pada Kayu Bulat
Kayu bulat segar dikupas kulitnya dan dilaburi ba-han pengawet bentuk pasta. Kayu kemudian ditumpuk, ditutup dengan lembaran yang kedap air (tidak tembus air dan uap air) selama 40 hari. Bahan pengawet akan masuk ke dalam kayu dengan cara difusi.
- Proses stepping. Pohon ditebang, batang bebas cabang dipotong, disandarkan pada pohon lain, pangkal batang direndam larutan bahan pengawet selama beberapa hari.
- Metode ban mobil. Pohon ditebang, batang direbahkan tanpa membuang cabang dan dawn, pangkal diangkat, ban dalam mobil dipotong sehingga seperti pipa karet, salah satu ujung pipa dimasukkan ke pangkal batang. Dari ujung lain dituangkan larutan bahan pengawet.
- Pengawetan pohon hidup. Pada permukaan batang pohon dibuat takik spiral mengelilingi pangkal batang. Takik diisi bahan pengawet bentuk pasta, takik ditutup dengan lembaran kedap air dan didikat kuat selama beberapa hari.
- Metode tong atau drum. Tonggak-tonggak pendek masih segar didirikan di dalam tong atu drum berisi larutan bahan pengawet. Setelah beberapa hari, bagian ujung dipotong 5 cm kemudian tonggak dibalik ujung pangkalnya, bagian ujung dimasukkan ke dalam larutan selama beberapa hari pula.
- Metode Boucherie. Larutan bahan pengawet disimpan di dalam bak yang ditaruh di atas menara yang tinggi. Sebuah pipa keluar dari bak larutan ke bawah, disambung dengan suatu seri paralel kop yang masuk menyelimuti pangkal kavu bulat segar. d.
Pengarangan dan Penyemprotan
Pangkal suatu tonggak diarangkan dengan api gas kemudian disemprot dengan larutan bahan pengawet.
Metode Seluhung Pasir Yang Diberi Bahan Pengawet
Bagian tonggak yang masuk ke dalam tanah diselubungi pasir dan pasir kemudian disiram larutan bahan pengawet. Baca juga artikel terkait lainnya: Sejarah Pengawetan Kayu Di dunia dan Pentingnya Pengawetan Kayu Untuk Industri Kayu.
Proses Pengawetan dengan Tekanan
Proses pengawetan kayu dengan tekanan membutuhkan tanki larutan yang tahan terhadap tekanan tinggi dan dilengkapi dengan pompa hisap dan pompa tekan. Proses pengawetan kayu dengan tekanan atau vakum tekan ini dibagi menjadi dua, proses sel penuh dan sel kosong.
Proses Sel Penuh
Dipatenkan oleh John Bethell sehingga disebut proses Bethell. Secara harfiah dengan proses ini dimaksudkan agar bahan pengawet atau larutannya akan meresap atau masuk ke dalam dinding sel dan rongga sel kayu sehingga selnya menjadi penuh. Tujuannya agar diperoleh hasil peresapan yang maksimum. Pada proses ini diperlukan kayu yang kering udara. Urut-urutan kerjanya sebagai berikut.
- Muatan kayu yang ditumpuk seperti penumpukan pada pengeringan, dimasukkan ke dalam tanki pengawetan. Tanki ditutup rapat.
- Udara di dalam tanki dihisap atau dikenai vakum sehingga tekanan berkurang menjadi minimum tinggal 1/3 atmosfir selama 1/4 sampai ‘A jam.
- Tanpa mengubah kondisi yakum, larutan bahan pengawet yang sudah dipanaskan sebelumnya dipompakan masuk ke dalam tanki pengawetan sampai kayu terendam berlebihan.
- Udara di dalam tanki kemudian dikenai tekanan sampai 12 atmosfir atau sam-pai maksimum selama 3-4 jam.
- Tekanan dilepaskan, larutan dikeluarkan dan dikirim ke tanki larutan.
- Udara di dalam tanki dikenai vakum lagi untuk mengeluarkan sisa-sisa larutan di dalamnya sampai 2 jam.
- Tanki dibuka dan kayu dikeluarkan.
Proses Sel Kosong
Dipatenkan oleh Max Rueping sehingga disebut proses Rueping Secara harfiah, dengan proses ini dimaksudkan bahwa bahan pengawet atau larutannya hanya meresap ke dalam dinding sel kayu saja dan tidak masuk ke dalam rongga sel, sehingga selnya tetap kosong. Urut-urutan kerjanya sebagai berikut.
- Muatan kayu dimasukkan ke dalam tanki pengawetan. Tanki ditutup rapat.
- Udara di dalam tanki dikenai tekanan awal beberapa atmosfir selama 1/4 – 1/2 jam.
- Tanpa mengubah kondisi tekanan, larutan bahan pengawet yang telah dipanaskan sebelumnya, dipompakan masuk ke dalam tanki pengawetan. Untuk ini diperlukan tanki keseimbangan untuk menampung udara keluar agar tekanan udara di dalam tanki tetap.
- Udara di dalam tanki diberi tekanan sehingga mencapai 12 atmosfir atau sam-pai maksimum selama 3-4 jam.
- Tekanan dilepaskan dan larutan dikeluarkan (untuk dikirim ke tanki larutan).
- Udara di dalam tanki dikenai vakum selama 1/4 – ‘/2 jam untuk mengeluarkan sisa-sisa larutan di dalam tanki.
- Tanki dibuka dan kayu dikeluarkan.
Proses LowryProses ini proses sel kosong dan merupakan modifikasi dari proses Rueping. Dipatenkan oleh Lowry. Proses ini persis sama dengan proses Rueping dengan hanya satu perbedaan yaitu tidak adanya tekanan awal pada proses ini.
Proses Cellon
Proses ini menggunakan pelarut LPG (liquified petroleum gas). Se-telah proses selesai dan tekanan dilepaskan, pelarut akan berubah menjadi gas kembali dan dihisap ke tanki yang lain untuk kemudian disimpan dalam bentuk cair setelah diberi tekanan tinggi.
Perlakuan terhadap Kayu sesudah Diawetkan
Sesudah diberi proses pengawetan kayu, sebelum digunakan, kayu perlu dikering-udarakan terlebih dahulu di bawah atap selama 40 hari. Pengeringan perlu dilakukan di bawah atap agar tidak kehujanan yang dapat mencuci bahan pengawet dan tidak terkena sinar matahari langsung yang dapat membuat kayu retak dan pecah. Tujuan pengeringan adalah proses pengawetan kayu dengan bahan pengawet larut air akan menguap. Kemudian bahan pengawet akan bereaksi dengan kayu dan mengendap di dalam kayu. Pada pengawetan dengan bahan pengawet minyak atau larut minyak, agar bagian-bagian dari minyak yang mudah menguap, akan menguap lebih dahulu dan ini akan mengurangi risiko kebakaran. Demikian proses pengawetan kayu semoga dapat menjadi pengetahuan para penghobi kayu dari seluruh penjuru dunia.