Seperti apa sejarah pengawetan kayu di dunia? Apa bahan yang awal mula digunakan oleh orang terdahulu? Amankah bagi lingkungan?
Kayu memberi keuntungan bagi manusia melimpah dan dalam jangka panjang. Namun, kayu yang digunakan untuk membangun rumah, jembatan, kapal dan masih banyak lagi, seringkali di serang oleh jamur, rayap, bakteri dan kumbang bubuk. Selain itu, kayu juga dapat dirusak oleh faktor mekanisme abiotik, seperti sinar matahari dan cuaca.
Menurut sejarah pengawetan, beberapa tindakan pengawetan kayu sudah lama dilakukan untuk melindungi kayu seperti memanaskan kayu dan merendamkannya dengan minyak. Ditambah lagi perlindungan fisik seperti pemberian plat pada bagian bawah tiang atau kapal, tujuannya melindungi kayu dari serangga pengebor.
Perlindungan kayu semacam ini tidak banyak dipraktekkan, biasanya hanya dipraktekkan segolongan kecil saja, fatalnya manusia bersandar pada kayu di hutan untuk mengganti kayu yang sudah terkena serangan hama. Dalam proses penggantian itu, manusia di seluruh bumi telah menebang banya pohon. Tanpa adanya kesadaran akan pengawetan agar lebih menghemat kayu yang tersedia alam.
Sejak sekitar 2000 tahun lalu, orang memakai pengawet kayu yang disebut creosote. Biasanya untuk melindungi kayu kapal agar tidak degradasi dan rusak terserang serangga. Creosote, dipatenkan pada tahun 1831, jenis bahan pengawet kayu pertama yang berhasil melindungi kayu dari kontak dengan tanah dan kelembaban yang tinggi.
Bahan tersebut disuling dari tar batubara (dengan-produk pembuatan kokas dari batubara bituminous) dan merupakan racun bagi jamur dan sebagian besar organisme pelapuk kayu lainnya. Alasannya karena bahan ini berbasis minyak, menyebabkan organisme seperti jamur dan rayap tidak tahan. Sejak tahun 1920 telah menjadi pilihan perawatan untuk bantalan kereta api. Sayangnya, creosote bau, jelek, aplikasi yang kurang simpel, dan beracun untuk beberapa tanaman. Sehingga kurang digunakan dalam jumlah banyak, pencemaran bahan ini menyebabkan manusia dan lingkungan tidak sehat.
Karena potensi merusak kesehatan lingkungan ini, di kemudian hari oleh Lembaga Perlindungan Lingkungan Dunia tidak direkomendasikan. Lembaga riset dan lembaga perlindungan lingkungan menyarankan pembuatan bahan alternatif yang lebih aman, untuk kebutuhan rumahan maupun industri. Kabarnya di Indonesia, hanya terdapat satu perusahaan yang sudah mengikuti trend bahan kimia ramah lingkungan ini, yakni Bioindustries yang berbasis di Yogyakarta. Baca juga artikel lainnya: Yuk Kenali Sistem Sarang Rayap Tanah Dan Pengendaliannya, Mengenal Jamur Pelapuk Coklat Dan Jamur Pelapuk Putih.
Bagaimana dengan Pengawetan Kayu Saat ini?
Pengawetan kayu dari organisme perusak kayu telah lama didominasi oleh bahan yang berbahaya, bahkan sampai saat ini masih banyak beredar di pasaran. Target pasarnya ialah industri-industri furniture besar dan industri pengolahan kayu. Kebijakan lingkungan dari pemerintah tentunya memiliki peranan penting untuk memberi aturan penggunaan bahan berbahaya dan mengarahkan opini masyarakat agar menggunakan bahan yang aman. Namun, bertumpu pada kebijakanpun masih kurang untuk mengawasi.
Di akhir 90an, isu bahan ramah lingkungan sedikit banyak sudah memasuki wilayah publik, dan tidak lama setelah itu, hingga kini pentingnya kesehatan publik menjadi isu yang diperbincangkan. Dan pada tahun 2004, produk pengawetan kayu berbahaya di Amerika dan sekitarnya sudah resmi dilarang. Penyebabnya sangatlah jelas, karena isu kesehatan lingkungan memerankan perannya dengan baik. Hal ini sangat berpengaruh bagi negara sekitarnya yang mulai terpengaruh dan membawa perubahan bagi generasi selanjutnya. Dan akhirnya pengaruh tersebut sampai di negara kita, manufaktur Indonesia sudah mulai banyak mengambangkan produk pengawetan dan finishing kayu yang ramah lingkungan, seperti Bioindustries.
Akhirnya, setelah Amerika sebagai pengaruh yang besar, berimbas pada Eropa dan Asia. Indonesia juga mengambil bagian dalam mengembangkan produk pengawet kayu ramah lingkungan, atau dalam bidang perawatan kayu disebut dengan produk BioCide.
Membayangkan Masa Depan Pengawetan Kayu Di Indonesia
Kayu akan semakin berkurang jumlahnya di hutan, meskipun sudah dibatasi oleh perhutani tetap saja ada yang melanggar. Oleh karena itu, pemanfaatan kayu yang kurang bijak menjadi salah satu penyebab utamanya. Apa yang dimaksud dengan tindakan tidak bijak itu? Yakni penggantian kayu dengan kayu tebang dari hutan yang terlalu sering.
Kenapa masyarakat sering melakukan penggantian? karena kayu tidak dirawat dengan baik maka terserang oraganisme perusak kayu seperti rayap ataupun jamur. Artinya tindakan tersebut adalah pemborosan, padahal kayu tidak hanya dibutuhkan oleh manusia saja, banyak biota membutuhkannya.
Mungkin jika lingkungan rumah kita tidak terlalu terasa seberapa besar kerugiannya, tapi bagaimana jika dikalkulasi kerugiannya dalam setahun pada satu negara tertentu. Berapa juta hektar pohon yang hilang? Berapa banya lahan yang mati gara-gara tidak melakukan tindakan sederhana seperti pengawetan kayu? Kita tidak dapat membayangkan seberapa banyak, yang pasti dapat membuat kita menyesal.
Masa depan kehidupan masyarakat nantinya adalah perawatan dan penghijauan. Segala produk yang berhubungan dengan kita akan berbalik arah dan melihat pentingnya kesehatan manusia dan lingkungan, serta melestarikan apa yang telah dibuat, melestarikan kayu bangunan, furniture dan kerajinan. Penggunaan produk-produk pengawet kayu berkualitas dan ramah lingkungan harus segara digencarkan.
Saat ini kebijakan pemerintah telah mengarah ke pemakaian bahan hijau, kesadaran masyarakat juga akan mengikuti dan revolusi perawatan kayu akan dimulai. Pengawetan kayu akan menjadi tindakan berkala besar, karena memang kita harus melakukannya untuk kepentingan umat banyak, untuk kesehatan manusia dan lingkungan.
Merawat kayu dan mengawetkan kayu adalah prosek jangka panjang yang harus kita lakukan dari sekarang. Baik bagi Anda para pengrajin, pengusaha kayu, dan skala rumah tangga yang menginginkan harta bendanya dapat diwariskan sampai anak cucu.