Kayu, rotan, bambu, enceng gondok, pelepah pisang, merupakan salah satu bahan baku furniture. Beberapa bahan baku tersebut juga digunakan sebagai bahan bangunan. Pengolahan sumber daya alam tersebut ternyata harus mengalami proses yang panjang. Kayu ditebang, disimpan, dan kemudian diolah menjadi barang lain yang memiliki nilai ekonomis. Namun selama proses tersebut berlangsung ada satu tahap yang harus dilakukan yaitu proses pengawetan kayu.
Proses pengawetan kayu tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Langkah menjaga kualitas bahan baku ini memiliki 3 panduan dasar yang harus dipahami. 3 prinsip dasar pengawetan kayu tersebut bertujuan untuk menghasilkan kayu yang aman dari serangan jamur dan serangga perusak. Hama tersebut menyerang kayu karena ingin berhabitat atau mencari sumber makanan. Suatu produk tidak akan bekerja maksimal tanpa mematuhi panduan dasar tersebut.
3 Prinsip Dasar Pengawetan Kayu untuk Mendapatkan Metode yang Benar
Kayu dan bahan serat alam lainnya disukai oleh jamur dan serangga karena mengandung lignin dan polysakarida (pernyataan dari Kollmann dan Cote (1968) (Haygreen.J.G, 1987)). Lignin merupakan komponen pembentuk serat kayu yang utama. Jenis kayu yang baik sebagai bahan baku furniture atau lainnya harus memiliki serat kayu yang padat.
Di sisi lain, polysakarida ialah gabungan dari selulosa dan hemiselulosa dimana kandungan kayu tersebut ialah sumber nutrisi. Sumber nutrisi inilah yang dibutuhkan serangga dan jamur untuk bertahan hidup. Dengan mengetahui kandungan kayu di atas, proses pengawetan kayu harus dilakukan dengan benar. 3 prinsip dasar pengawetan kayu berikut akan memudahkan proses pengawetan.
Panduan atau prinsip dasar yang pertama berkaitan dengan teknik penebangan. Proses awal ini meliputi usia kayu, masa tebang, dan teknik penebangan. Kayu yang sudah memenuhi syarat usia memiliki serat kayu yang padat. Masa tebang kayu berada di akhir musim kemarau. Pada masa ini, kandungan nutrisi pada kayu sangat rendah. Sedangkan teknik penebangan ialah dengan dikelupas kambiumnya agar tidak menyalurkan sari makanan dari akar ke batang.
Poin selanjutnya dalam prinsip dasar treatment kayu ialah penyimpanan. Tempat penyimpanan kayu misalnya gudang harus memiliki kebersihan dan kelembaban udara yang bagus. Kelembaban ruangan yang tepat ialah ± 50%. Gudang harus terjaga kerbersihannya dan diberi ventilasi. Selain kedua hal tersebut, proses packing barang juga harus bagus dengan kelembaban yang pas.
Prinsip dasar yang ketiga berkaitan dengan proses treatment kayu. Dalam hal ini, industri harus memperhatikan bahan, waktu, dan metode yang digunakan. Bahan pengawet kayu yang bagus tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan. Masa treatment kayu yang benar ialah setelah pohon ditebang hingga sebelum proses finishing. Sedangkan, metode yang digunakan harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan ini biasanya tertera di label produk yang digunakan.
Menggunakan Bahan Pengawet Kayu Ramah Lingkungan
Dalam 3 prinsip dasar diatas, terdapat satu poin tentang penggunaan bahan pengawet. Produk yang digunakan harus memenuhi kriteria ramah lingkungan. Dengan kriteria ini, konsumen dapat menggunakannnya dengan aman dan nyaman. Bahan kimia yang relative lebih aman ialah BioCide Surface Film Preservative, Biocide Wood Fungicide, dan BioCide Insecticide. Produk-produk tersebut efektif mengatasi jamur permukaan, jamur substrat, dan berbgai serangan serangga.
Kesimpulannya, 3 prinsip dasar pengawetan kayu di atas penting untuk dipahami. Melaksanakan prinsip tersebut akan menghasilkan kualitas bahan baku kayu dan serat alam lainnya yang sesungguhnya