Kebutuhan kayu bagi manusia memang tidak akan ada habisnya. Agar terjadi keseimbangan antara apa yang disediakan alam dan apa yang kita pergunakan, perlu ada upaya pengawetan kayu agar kita tidk boros menggunakan kayu.
Kebutuhan manusia akan kayu dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan rumah tangga yang membutuhkan rumah sebagai tempat tinggalnya. Kebutuhan kayu tersebut selama ini diperoleh dari penebangan pohon di hutan alam dan sebagian lagi dipenuhi dari hutan tanaman. Saat ini kebutuhan masyarakat akan kayu semakin sulit dipenuhi karena di satu pihak potensi dan volume tebangan di hutan alam semakin berkurang dan di lain pihak keberhasilan pengelolan hutan tanaman belum nampak dan menggembirakan, walaupun sudah banyak HPHTI yang diberikan konsesi dalam kawasan hutan. Dampak yang dirasakan dengan menurunnya jumlah pasokan kayu adalah industri kayu mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku sehingga menyebabkan naiknya harga bahan baku serta harga jual dari produk kayu tersebut.
Ada beberapa upaya yang telah dilakukan oleh industri kayu untuk mengurangi dan melakukan efisiensi pengunaan bahan bakunya, yaitu: (i) menggunakan mesin-mesin dengan presisi tinggi sehingga limbah kayu yang dihasilkan seminimal mungkin, (ii) menggunakan kayu-kayu yang kurang dikenal (less known species-LKS), (iii) mengintegrasikan proses produksinya dalam upaya mencapai bebas limbah (zero waste), dan (iv) mengawetkan produk kayu sehingga lebih tahan lama dalam pemakaiannya.
Upaya pengawetan kayu sebenarnya sudah lama dilaksanakan, namun dalam perjalannya banyak menghadapi hambatan dan kendala sehingga industri pengwetan kayu yang ada baik berskala usaha kecil, menengah, dan besar tidak berkembangan sebagaimana yang diharapkan. Kendala-kendala tersebut meliputi: biaya pengawetan yang relatif tinggi, kayu yang sudah diawetkan mempunyai harga yang relatif tinggi dan tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat, kebijakan dan perundangan yang ada belum mendukung berkembangannya penggunaan kayu yang diawetkan sehingga industri-industri pengewatan kayu tidak berkembang.
Berkaitan dengan persoalan pengawetan kayu tersebut, maka informasi tentang teknis ekonomis pengawetan kayu diperlukan sebagai upaya menghidupkan kembali pengawetan kayu dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang penting dan manfaat pengawetan kayu terhadap kelestarian hutan serta melakukan penghematan biaya penggunaan kayu yang telah diawetkan dibandingkan dengan kayu yang tidak diawetkan.
Informasi pengawetan kayu ini bertujuan mencari strategi yang tepat dalam membangun dan menghidupkan kembali tindakan pengwetan kayu di masyarakat yang kini semakin jarang yang melakukan. Terkait industri yang membantu pengawetan kayu saat sudah ada Bioindustries, sebuah perusahaan pembuat bahan pengawet kayu yang aman dan ramah lingkungan. Bioindustries secara tidak langsyng memiliki tujuan seperti, (i) memberikan pengertian dan makna dari proses pengawetan kayu, (ii) mengidentifikasi permasalahan dan kendala dari proses pengawetan kayu, (iii) melakukan analisa finansial proses pengewetan kayu, dan (iv) menyusun strategi untuk pengembangan industri pengawetan kayu ke depan.
Pengawetan Kayu Sebagai Langkah Menjaga Mega-Biodiversity
Indonesia seringkali disebut sebagai negara ”mega-biodiversity” karena memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, di antaranya 25.000 jenis tumbuhan termasuk 4000 jenis pohon. Dari 4000 jenis sekitar 400 jenis dianggap sebagai kayu perdagangan, namun yang sudah teridentifikasi dengan baik sebanyak 365 jenis yang kemudian dikelompokkan menjadi 120 kelompok jenis kayu perdagangan.
Kayu dan bahan berlignoselulosa diketahui lama-kelamaan akan rusak atau lapuk. Kerusakan akan lebih cepat lagi jika dipakai atau dipasang di tempat terbuka tanpa naungan, terutama jika berhubungan dengan tanah lembab. Sebab pada dasarnya kayu dan bahan berlignoselulosa lainnya tidak tahan terhadap perubahan suhu, udara, kelembaban, dan air. Di pihak lain, kayu juga dihadapkan pada beragam jenis jasad atau organisme perusak kayu (OPK) yang siap mengancam, seperti bakteri, jamur pewarna dan buluk, jamur pelapuk (brown rots dan white rots), jamur pelunak (soft rot), rayap kayu kering, rayap tanah, bubuk kayu kering dan binatang laut penggerek kayu.
Bahan Pengawetan Kayu Anti OPK
Ancaman OPK ada di mana-mana, sejak pohon masih dalam status tegakan, angkutan, proses pengolahan sampai produk kayu dalam pemakaian. Ancaman tersebut bisa disebabkan oleh salah satu atau kombinasi diantara OPK tersebut di atas. Misalnya, kayu yang tahan terhadap jamur, belum tentu tahan terhadap serangga atau sebaliknya. Oleh karena banyaknya ancaman OPK tersebut Bioindustries menciptakan bahan pengawetan kayu aman serta ekonomis, agar dapat membantu indutri pengolahan kayu maupun perorangan. Untuk produk pengawet anti serangga kayu disebut BioCide Insecticide, sedangkan produk anti jamur disebut BioCide Wood Fungicide. Dapatkan produk bahan pengawet tersebut di sini.